Jumat, 03 Januari 2014

Sejarah Masa Kecil

Tanggal 2 Januari itu, tanggal dimana 20 tahun yang lalu seorang wanita berhati mulia sedang berjuang keras, mempertaruhkan hidup dan matinya demi sang jabang bayi yang dikandungnya untuk memulai kehidupan di dunia ini. Yap, akhirnya perjuangan itu gak sia-sia, karena beberapa waktu kemudian, lahirlah seorang bayi perempuan yang imut dan dengan tangisannya yang membahana di seluruh penjuru ruang persalinan mampu membuat orang-orang disekitarnya tersenyum bahagia menyambut kedatangannya di planet bumi ini. Kelahiran bayi perempuan ini melengkapi keluarga kecil yang sebelumnya telah "dihuni" oleh sepasang suami-istri dan dua orang anak laki-lakinya. Yah, itulah aku.

Menurut cerita mbah putri, beliaulah yang selalu mendesak ibuku untuk menambah momongan seorang anak perempuan, yang sebelumnya ibuku sudah angkat tangan karena repotnya mengurus kedua kakakku yang masih kecil-kecil dan lumayan bandel. Lain cerita dari ibuku, bahwa sebenernya bapakku sudah merencanakan ingin mempunyai lima orang anak yang keseluruhannya adalah laki-laki, biar seperti pandawa katanya. Nah, sebenernya aku diharapkan gak sih? Yah, entahlah.. aku sendiri juga kurang tau, hehe. Ternyata, setelah aku lahir, bapakku berubah pikiran, kenapa gak dari dulu punya anak perempuan?
My father and I 


 Aku waktu kecil tumbuh diantara pergaulan anak laki-laki yang membuatku sedikit tomboy, kedua kakakku dan teman-temannya, serta tetanggaku kebanyakan adalah laki-laki. Ketika nyebur  di kali depan rumah mencari cethol (jenis ikan kecil), bermain di sawah sampe kaki gatal-gatal, manjat dan bertengger di pohon talok, mandi air hujan, membuat layangan dari koran, main petak umpet, main bola sampe jatuh dan bibir nyonyor, dll. Mengingat itu semua membuatku rindu untuk kembali ke masa itu, dimana kita bisa tertawa lepas, bebas, tanpa beban tuntutan dan pertanggungjawaban. Tapi dipikir-pikir nih, anak-anak sekarang ini susah buat dapetin sensasi  seperti itu, tempat-tempat yang biasa aku buat main dulu aja udah lenyap, sawah-sawah sekeliling rumah udah berubah jadi rumah, ruko, dan jalan baru, kalo mau sepedaan juga sekarang serem karena jalanan udah rame banget. Bersyukur aku masih diberi kesempatan itu, inget juga dulu kalo makan sore, aku jalan-jalan di pematang sawah sambil disuapin ibu :)


Nah, singkat ceritanya lagi aku selanjutnya make seragam ijo (seragam TK Aisiyah), dilanjut seragam merah-putih, trus seragam putih-biru, dan seragam terakhir adalah putih-abu. Cepat sekali terasa perubahan seragam itu, tiba-tiba udah ganti warna seragam aja. Dan sampai pada titik ini aku dah gak perlu pake seragam lagi buat sekolah. Yap, karena udah kuliah. Dulu waktu masih SMP, kalo ngelihat mas-mas dan mbak-mbak kuliahan itu enak, gak harus selalu berangkat sekolah pagi jam 7, gak pake seragam, kuliah cuma sebentar, seakan banyak mainnya, tapi pas sekarang dijalaninnya itu... Wow, that's not as easy as I thought before. But, life must go on. Karena sejak SMA aku dah mulai berprinsip di titik apapun aku sekarang, nikmati aja sebaik mungkin apapun itu, karena se-gak sukanya aku dengan suatu tahap yang sedang dijalanin itu, gak menutup kemungkinan kedepannya aku bakal merindukan ato bahkan ingin balik ke tahap itu. Kata mbak Intan, aslab Anatomi, "Sesuatu itu pasti terjadi dan pasti berlalu." 

Dan sekarang ini, ketika aku udah mulai berkepala dua dan merasa tua tapi belum merasa dewasa, banyak hal yang harus aku perbaiki dan tingkatkan dalam mencapai target hidup dan kebermanfaatan yang lebih banyak untuk sesama. 

Oh iya, gak disangka juga ternyata aku dapat surprise dari para sahabatku kemaren. Dengan sedikit akting, ternyata aku tertipu juga ya, hehe. Thanks a lot for everything friends, also for the eggs and the flours :p







The memory about us will not be deleted from my mind :)


Tidak ada komentar:

Posting Komentar