Ujian blok 4, blok terakhir di semester 1 ini udah dilaksanakan tanggal 30 Desember 2013 kemaren. Nah, agenda selanjutnya itu ada OSCE. Apa itu OSCE? OSCE itu kepanjangan dari Objective Structure Clinical Examination, yaitu ujian Skill Lab bagi para mahasiswa kedokteran. Materi yang akan diujikan itu materi yang udah dipelajari selama satu semester itu, jadi ujian ini dilaksanakan di akhir semester. Disini, mahasiswa yang akan mengikuti ujian sebelumnya akan dimasukkan dalam ruang karantina terlebih dahulu. Selanjutnya, dibagi menjadi beberapa kelompok yang masing-masing terdiri dari 12 orang. Jadi cara ujiannya itu, setiap 1 kelompok dipanggil keluar dari ruang karantina menuju ruang eksekusi, loh? Ada 12 ruang ujian yang sudah disediakan, tiap mahasiswa akan masuk ruang ujian sesuai dengan urutan secara bergantian. Nah, di setiap ruang itu mahasiswa cuma dikasih waktu 7 menit untuk melakukan ujian skill sesuai soal yang ada di depan pintu masuk ruang. Kalo udah 7 menit, Teeet... bel dibunyikan tandanya kita harus segera pindah ke ruang berikutnya, entah di ruang sebelumnya udah selesai atau belum yang jelas kita harus tetep pindah. Bisa dibayangkan, terkadang sebelum masuk ruang ujian kita udah merasa siap, tapi tiba-tiba, masuk ruangan dan melihat pengujinya aja udah, der..der.. menguap apa yang udah dipersiapin, gugup, bingung harus ngapain.
Nah, seperti pengalamanku di ujian OSCE reguler yang "pertama" kemaren itu. Sebelumnya udah ada gambaran nih tentang ujian ini, soalnya sehari sebelumnya udah ada Try Out OSCE dari BEM. Terus seperti biasa, malemya belajar. Gara-gara aku dapet shift 2 jadi masuknya siang, lumayan paginya masih bisa buat belajar lagi, berhubung aku ada di rumah, siapa coba yang mau aku jadiin probandus? walaupun udah latihan ngomong sendiri sampai berbusa-busa tapi gak afdhol rasanya kalo belajar tanpa prakteknya langsung. Akhirnya aku menemukan seseorang yang dengan rela hati menjadi probandus, yaitu ibukku tersayang. Jadi aku melakukan pemeriksaan fisik dasar, pemeriksaan vital sign, teknik aseptik, dan komuikasi wawancara dengan ibu, dan adikku yang kebetulan pulang dari Assalaam, aku minta sebagai penguji. Dan setelah selesai, aku tanya adikku check list apa yang masih kurang, dan dia bilang, " Gak tau mbak, tadi kamu ngapain aja, bingung aku sama check listnya." Oke, ini salahku masak anak SMP suruh jadi penguji -_-
Singkat cerita, niatnya aku mau santai dan keep calm biar nanti di dalem ruangan gak gugup, niat yah tinggal niat, pas di ruang karantina masih berusaha meyakinkan diri, walaupun tangan udah mulai dingin. Dan aku melihat temen-temen ternyata lucu juga ekspresi mereka, macem-macem. Selanjutnya, tra..ra.. tibalah giliranku untuk memulai ujian. Bismillah..
Ternyata di ruang pertama itu aku dapat komunikasi wawancara. Dosen pengujinya dr. Yusuf Alam R. Aku mulai wawancara dengan probandusnya, bla..bla..bla.. dan sampai pada pertanyaan kelima trus, deg, apalagi ini yang mau ditanyain? perasaan banyak tadi pas latihan. Haduh okelah. Untung udah lima, ga tau lagi, yaudah dilanjut dengan kroscek aja. Disini aku masih ada sisa waktu.
Ruang kedua ternyata dapet vital sign, pengujinya dr. Dewi. Nah, ini nih, ketika mulai anamnesis aku terlalu lama, karena ngelihat probandus yang melas, jadi ikut terbawa suasana. Setelah sadar bahwa waktu terbatas aku langsung bertindak sok sigap, gara-gara itu manset tensimeter tidak terpasang dengan baik, bingung otak-atik manset, haduh ya Allah, tambah deg-degan. Setelah itu selesai, tiba-tiba, Teeet... bel udah berbunyi dan aku belum meriksa denyut nadi dan pernapasan. Oke, pasrahlah aku di pemeriksaan vital sign ini.
Di ruang ketiga aku dapat tehnik aseptik dengan penguji dr. Ganda. Gak mau mengulang kesalahan di ruang-ruang sebelumnya, aku berusaha tenang dan lebih konsentrasi lagi. Oke, diawal kurasa sudah melakukannya dengan usaha sebaik mungkin, dan tibalah ketika aku harus memakai sarung tangan, memakai sarung tangan ini aku sudah melakukan latihan beberapa kali sebelumnya, tapi pas waktu itu, loh ini kenapa sarung tangannya kecil yo? Aku meyakinkan diri, bisa, pasti bisa masuk, dan aku sudah mencobanya ternyata untuk tangan kanan, jariku belum masuk semua, aku lanjutkan untuk memasukkan yang tangan kiri, dan disaat itu, kreeek..., aku belum menyadari apa yang terjadi, dan ternyata handscoon di tangan kananku sobek. Haduh malunyaa, dan aku bilang aja dengan polosnya, " Maaf ya bapak, karena sarung tangannya terlalu kecil, jadi robek." Apa-apaan ini canny.. wkwk
-__-
Yap, itulah pengalaman OSCE pertamaku. Ternyata seperti itu rasanya ujian OSCE. Yah, pasrah ajalah ya, maklum masih yang pertama. Semoga di ujian OSCE selanjutnya dapat lebih baik dan gak ada yang remedial. Aamiin :)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar