Minggu, 26 Januari 2014

Untaian Nasihat

                            " Dikau belajar menjadi dewasa Can! Dengan merasa bingung kau akan bertanya. Dengan pernah jatuh kau akan berdiri lebih kokoh. Dengan setiap proses seseorang akan menemukan dirinya... Cari teman yang bener-bener teman. Saling mengingatkan berbagi dan menyemangati. Sekolah ibarat kawah candradimuko, dimana kau diproses menjadi seorang 'Canny'. Aktif ekskul, cari dunia baru biar gak stress! Jangan alihkan pikiran untuk hal-hal yang negatif "

- Dari mas Aji, ketika aku bilang ga kuat sekolah di IC pas kelas 1 SMA dulu :) 


              " Jangan andalkan kecerdasanmu Can! Jangan banggakan kedokteranmu! Tapi andalkanlah kekuatan Allah, karena manusia itu sungguh lemah dan bodoh. Hanya karena karunia Allahlah semuanya menjadi mungkin, yang terkadang hal itu dianggap mustahil oleh manusia, tapi bagi Allah tidak ada yang tidak mungkin."

- Dari Om Luki, diawal ketika aku mulai menapaki jalan perjuangan ini :)

Terima kasih ya Allah, Kau hadirkan orang-orang yang selalu menasihatiku di jalan kebaikan, mengingatkan dan menyemangatiku untuk menjadi pribadi yang lebih baik. :) :)


Teman

Teman...
Kata yang kau tawarkan
Diawal pertemuan
Ditandai dengan senyuman

Teman...
Tanpa syarat semua itu berjalan
Menyusuri lorong kehidupan
Yang takkan pernah terlupakan

Teman...
Kau berikan kebahagiaan
Mengajarkan kesetiaan
Dan arti sebuah pengorbanan

Kini, takkan kulupakan 
Semua tentangmu
Tentang kita
Dan tentang mimpi kita

-Thanks to all my Lovely Friends where ever you are-

Adapted from my diary, Monday 13 Dec 2010

Rabu, 08 Januari 2014

OSCE Pertama

Ujian blok 4, blok terakhir di semester 1 ini udah dilaksanakan tanggal 30 Desember 2013 kemaren. Nah, agenda selanjutnya itu ada OSCE. Apa itu OSCE? OSCE itu kepanjangan dari Objective Structure Clinical Examination, yaitu ujian Skill Lab bagi para mahasiswa kedokteran. Materi yang akan diujikan itu materi yang udah dipelajari selama satu semester itu, jadi ujian ini dilaksanakan di akhir semester. Disini, mahasiswa yang akan mengikuti ujian sebelumnya akan dimasukkan dalam ruang karantina terlebih dahulu. Selanjutnya, dibagi menjadi beberapa kelompok yang masing-masing terdiri dari 12 orang. Jadi cara ujiannya itu, setiap 1 kelompok dipanggil keluar dari ruang karantina menuju ruang eksekusi, loh? Ada 12 ruang ujian yang sudah disediakan, tiap mahasiswa akan masuk ruang ujian sesuai dengan urutan secara bergantian. Nah, di setiap ruang itu mahasiswa cuma dikasih waktu 7 menit untuk melakukan ujian skill sesuai soal yang ada di depan pintu masuk ruang. Kalo udah 7 menit, Teeet... bel dibunyikan tandanya kita harus segera pindah ke ruang berikutnya, entah di ruang sebelumnya udah selesai atau belum yang jelas kita harus tetep pindah. Bisa dibayangkan, terkadang sebelum masuk ruang ujian kita udah merasa siap, tapi tiba-tiba, masuk ruangan dan melihat pengujinya aja udah, der..der.. menguap apa yang udah dipersiapin, gugup, bingung harus ngapain.  

Nah, seperti pengalamanku di ujian OSCE reguler yang "pertama" kemaren itu. Sebelumnya udah ada gambaran nih tentang ujian ini, soalnya sehari sebelumnya udah ada Try Out OSCE dari BEM. Terus seperti biasa, malemya belajar. Gara-gara aku dapet shift 2 jadi masuknya siang, lumayan paginya masih bisa buat belajar lagi, berhubung aku ada di rumah, siapa coba yang mau aku jadiin probandus? walaupun udah latihan ngomong sendiri sampai berbusa-busa tapi gak afdhol rasanya kalo belajar tanpa prakteknya langsung. Akhirnya aku menemukan seseorang yang dengan rela hati menjadi probandus, yaitu ibukku tersayang. Jadi aku melakukan pemeriksaan fisik dasar, pemeriksaan vital sign, teknik aseptik, dan komuikasi wawancara dengan ibu, dan adikku yang kebetulan pulang dari Assalaam, aku minta sebagai penguji. Dan setelah selesai, aku tanya adikku check list apa yang masih kurang, dan dia bilang, " Gak tau mbak, tadi kamu ngapain aja, bingung aku sama check listnya." Oke, ini salahku masak anak SMP suruh jadi penguji -_-

Singkat cerita, niatnya aku mau santai dan keep calm biar nanti di dalem ruangan gak gugup, niat yah tinggal niat, pas di ruang karantina masih berusaha meyakinkan diri, walaupun tangan udah mulai dingin. Dan aku melihat temen-temen ternyata lucu juga ekspresi mereka, macem-macem. Selanjutnya, tra..ra.. tibalah giliranku untuk memulai ujian. Bismillah..
Ternyata di ruang pertama itu aku dapat  komunikasi wawancara. Dosen pengujinya dr. Yusuf Alam R. Aku mulai wawancara dengan probandusnya, bla..bla..bla.. dan sampai pada pertanyaan kelima trus, deg, apalagi ini yang mau ditanyain? perasaan banyak tadi pas latihan. Haduh okelah. Untung udah lima, ga tau lagi, yaudah dilanjut dengan kroscek aja. Disini aku masih ada sisa waktu.
Ruang kedua ternyata dapet vital sign, pengujinya dr. Dewi. Nah, ini nih, ketika mulai anamnesis aku terlalu lama, karena ngelihat probandus yang melas, jadi ikut terbawa suasana. Setelah sadar bahwa waktu terbatas aku langsung bertindak sok sigap, gara-gara itu manset tensimeter tidak terpasang dengan baik, bingung otak-atik manset, haduh ya Allah, tambah deg-degan. Setelah itu selesai, tiba-tiba, Teeet... bel udah berbunyi dan aku belum meriksa denyut nadi dan pernapasan. Oke, pasrahlah aku di pemeriksaan vital sign ini.
Di ruang ketiga aku dapat tehnik aseptik dengan penguji dr. Ganda. Gak mau mengulang kesalahan di ruang-ruang sebelumnya, aku berusaha tenang dan lebih konsentrasi lagi. Oke, diawal kurasa sudah melakukannya dengan usaha sebaik mungkin, dan tibalah ketika aku harus memakai sarung tangan, memakai sarung tangan ini aku sudah melakukan latihan beberapa kali sebelumnya, tapi pas waktu itu, loh ini kenapa sarung tangannya kecil yo? Aku meyakinkan diri, bisa, pasti bisa masuk, dan aku sudah mencobanya ternyata untuk tangan kanan, jariku belum masuk semua, aku lanjutkan untuk memasukkan yang tangan kiri, dan disaat itu, kreeek..., aku belum menyadari apa yang terjadi, dan ternyata handscoon di tangan kananku sobek. Haduh malunyaa, dan aku bilang aja dengan polosnya, " Maaf ya bapak, karena sarung tangannya terlalu kecil, jadi robek."  Apa-apaan ini canny.. wkwk
 -__-

Yap, itulah pengalaman OSCE pertamaku. Ternyata seperti itu rasanya ujian OSCE. Yah, pasrah ajalah ya, maklum masih yang pertama. Semoga di ujian OSCE selanjutnya dapat lebih baik dan gak ada yang remedial. Aamiin :)







Jumat, 03 Januari 2014

Sejarah Masa Kecil

Tanggal 2 Januari itu, tanggal dimana 20 tahun yang lalu seorang wanita berhati mulia sedang berjuang keras, mempertaruhkan hidup dan matinya demi sang jabang bayi yang dikandungnya untuk memulai kehidupan di dunia ini. Yap, akhirnya perjuangan itu gak sia-sia, karena beberapa waktu kemudian, lahirlah seorang bayi perempuan yang imut dan dengan tangisannya yang membahana di seluruh penjuru ruang persalinan mampu membuat orang-orang disekitarnya tersenyum bahagia menyambut kedatangannya di planet bumi ini. Kelahiran bayi perempuan ini melengkapi keluarga kecil yang sebelumnya telah "dihuni" oleh sepasang suami-istri dan dua orang anak laki-lakinya. Yah, itulah aku.

Menurut cerita mbah putri, beliaulah yang selalu mendesak ibuku untuk menambah momongan seorang anak perempuan, yang sebelumnya ibuku sudah angkat tangan karena repotnya mengurus kedua kakakku yang masih kecil-kecil dan lumayan bandel. Lain cerita dari ibuku, bahwa sebenernya bapakku sudah merencanakan ingin mempunyai lima orang anak yang keseluruhannya adalah laki-laki, biar seperti pandawa katanya. Nah, sebenernya aku diharapkan gak sih? Yah, entahlah.. aku sendiri juga kurang tau, hehe. Ternyata, setelah aku lahir, bapakku berubah pikiran, kenapa gak dari dulu punya anak perempuan?
My father and I 


 Aku waktu kecil tumbuh diantara pergaulan anak laki-laki yang membuatku sedikit tomboy, kedua kakakku dan teman-temannya, serta tetanggaku kebanyakan adalah laki-laki. Ketika nyebur  di kali depan rumah mencari cethol (jenis ikan kecil), bermain di sawah sampe kaki gatal-gatal, manjat dan bertengger di pohon talok, mandi air hujan, membuat layangan dari koran, main petak umpet, main bola sampe jatuh dan bibir nyonyor, dll. Mengingat itu semua membuatku rindu untuk kembali ke masa itu, dimana kita bisa tertawa lepas, bebas, tanpa beban tuntutan dan pertanggungjawaban. Tapi dipikir-pikir nih, anak-anak sekarang ini susah buat dapetin sensasi  seperti itu, tempat-tempat yang biasa aku buat main dulu aja udah lenyap, sawah-sawah sekeliling rumah udah berubah jadi rumah, ruko, dan jalan baru, kalo mau sepedaan juga sekarang serem karena jalanan udah rame banget. Bersyukur aku masih diberi kesempatan itu, inget juga dulu kalo makan sore, aku jalan-jalan di pematang sawah sambil disuapin ibu :)


Nah, singkat ceritanya lagi aku selanjutnya make seragam ijo (seragam TK Aisiyah), dilanjut seragam merah-putih, trus seragam putih-biru, dan seragam terakhir adalah putih-abu. Cepat sekali terasa perubahan seragam itu, tiba-tiba udah ganti warna seragam aja. Dan sampai pada titik ini aku dah gak perlu pake seragam lagi buat sekolah. Yap, karena udah kuliah. Dulu waktu masih SMP, kalo ngelihat mas-mas dan mbak-mbak kuliahan itu enak, gak harus selalu berangkat sekolah pagi jam 7, gak pake seragam, kuliah cuma sebentar, seakan banyak mainnya, tapi pas sekarang dijalaninnya itu... Wow, that's not as easy as I thought before. But, life must go on. Karena sejak SMA aku dah mulai berprinsip di titik apapun aku sekarang, nikmati aja sebaik mungkin apapun itu, karena se-gak sukanya aku dengan suatu tahap yang sedang dijalanin itu, gak menutup kemungkinan kedepannya aku bakal merindukan ato bahkan ingin balik ke tahap itu. Kata mbak Intan, aslab Anatomi, "Sesuatu itu pasti terjadi dan pasti berlalu." 

Dan sekarang ini, ketika aku udah mulai berkepala dua dan merasa tua tapi belum merasa dewasa, banyak hal yang harus aku perbaiki dan tingkatkan dalam mencapai target hidup dan kebermanfaatan yang lebih banyak untuk sesama. 

Oh iya, gak disangka juga ternyata aku dapat surprise dari para sahabatku kemaren. Dengan sedikit akting, ternyata aku tertipu juga ya, hehe. Thanks a lot for everything friends, also for the eggs and the flours :p







The memory about us will not be deleted from my mind :)


Rabu, 01 Januari 2014

Story of 2013

Waktu satu tahun tak terasa begitu cepat terlewati. 2013, tahun yang penuh dengan perjuangan dan tantangan. Banyak hal yang unpredictable terjadi. Yah, namanya juga hidup ada senang dan sedihnya. Tapi, atas semua yang terjadi di tahun 2013 itu aku sangat bersyukur, bersyukur karena disitu aku bisa belajar bersyukur, ikhlas dan mencoba mengambil hikmah atas kebaikan yang telah dipilihkan Allah untukku.. :)
 
Hmm, pengen mengulas satu-satu dari awal-akhir 2013. But, it was too much..
2013 untukku adalah tahun penantian. Kenapa penantian? Soalnya, di tahun itu aku menanti buat kuliah lagi. Sebelumnya, tahun 2012 aku keterima di UNDIP jurusan Kesehatan Masyarakat, tapi setelah 3 hari ikut ospek, aku milih buat keluar. Banyak pendapat  yang meragukan keputusanku, walaupun ada beberapa yang ngerti kenapa aku milih mundur, dan Alhamdulillahnya bapak dan ibu mengerti (sebenernya ibuku malah mendukung kok).

Dan di masa aku satu tahun tanpa status itu, aku cuma ndengerin cerita dari temen-temenku yang udah pada kuliah tentang kehidupan di kampus. Seru sekali sepertinya... Membuatku pengen cepet-cepet kuliah. But, wait for your turn canny..

Selain itu juga, banyak ujian mentalnya, gimana coba perasaanku, ketika temen-temenku pada kuliah di universitas-universitas yang kata orang terbaik di negeri ini, bahkan banyak juga yang dapet beasiswa ke Jepang dan Malaysia dan disaat itu aku malah belum kuliah dan masih belajar di rumah. God... Sadar, itu semua adalah konsekuensi dari keputusan yang udah aku pilih. So, apapun itu yah itulah resikonya. Beruntungnya aku karena banyak dari temen-temen SMA-ku yang selalu menyemangati. Terima kasih banyak buat kalian kawan ^^

Dan pada akhirnya, ketika harapan dan perjuangan yang udah aku lakukan selama satu tahun itu belum membuahkan hasil seperti yang diinginkan, ketika aku tak mampu mewujudkan harapan orang tua, keluarga, dan teman-teman, saat itulah rasanya ... *tak bisa diungkapkan. Canny what's wrong with you?  Aku gak tau lagi harus gimana, walaupun memang sudah ada cadangan buat itu, tapi ketika idealisme berbenturan dengan kenyataan yang ada, mau gak mau, yah itulah ketetapanNya. 

Butuh cukup waktu untukku mulai memahami dan menyadari atas semua  karunia yang telah diberikanNya padaku. Dan ketika kesadaran itu datang, astagfirullah, ternyata aku kurang pandai bersyukur, seharusnya aku berterima kasih padaNya atas semua kesempatan ini. Masih banyak orang diluar sana yang putus sekolah, masih banyak orang diluar sana yang harus bekerja keras demi melanjutkan pendidikan mereka. Sedangkan aku disini, sekarang tugasku hanya tinggal memikirkan bagaimana belajar sebaik mungkin. 

Sekarang, setelah aku menyadari semua itu, aku mulai menikmati dan mensyukuri. Tak peduli lagi apa kata orang, walaupun diawal merasa bersalah dengan almamater SMA yang mempunyai target khusus bagi para siswanya, tapi itu bukanlah masalah lagi buatku sekarang. Karena ini memang jalan terbaik yang telah Allah pilihkan untukku. Dimanapun dan jadi apapun kita, yang terpenting adalah berusaha memberikan yang terbaik dari diri kita, toh dimanapun kita belajar, tapi ilmunya tetep samakan? :)

Dulu waktu masih SMP di Assalaam, ketika aku bilang pengen melanjutkan SMA di IC Serpong, ibu sempet gak ngebolehin karena kejauhan dan bilang gini "SMP - SMA gak di rumah, ntar kuliah juga, habis itu diambil orang (maksudnya nikah) terus kapan mau berbaktinya?" hehe.. 
Nah, Alhamdulillahnya sekarang diberi kesempatan buat lebih berbakti lagi sama orangtua, karena setelah 6 tahun gak di rumah, eh, kuliahnya balik lagi ke rumah. Yap, jarak kampus (FK UMS) sama rumahku ga ada 5 menit, bahkan dari ruang kuliahku di lantai 6, aku masih bisa ngelihat rumah.
Maka, nikmat Tuhanmu manakah yang kamu dustakan? :)

So, that's my story in 2013, although there're many more other stories, I'll tell another time :)