Senin, 20 Januari 2020

Dahlan dan Sepatu


Judul                     : Sepatu Dahlan
Penulis                  : Khrisna Pabichara
Penerbit                 : Noura Books (P.T Mizan Publika)
Tebal                     : 369 halaman
Terbit                    : Cetakan 1, Mei 2012
ISBN                     : 978-602-9498-24-0
Peresensi               : Canny Nur Chastity

Dahlan dan Sepatu
Sepatu Dahlan adalah sebuah novel hasil karya seorang penulis yang juga sebagai sastrawan, Khrisna Pabicara. Novel yang terinspirasi dari kisah nyata Dahlan Iskan ini bukanlah buku pertama yang ditulisnya, melainkan merupakan buku yang ke-14.  Setelah sebelumnya ia menghasilkan karya-karya yang tidak kalah bermutu. Terlepas dari sumber inspirasi yang digunakan oleh penulis, penyajian cerita dalam tiap bab buku ini mempunyai daya tarik tersendiri bagi pembaca.

Kisah dalam novel ini meceritakan tentang kehidupan seorang anak bernama Dahlan. Dahlan tinggal disebuah desa kecil bernama Kebon Dalem yang memiliki tanah yang gembur dan subur. Namun, kekayaan alam yang dimiliki desa itu tidak menjadikan penduduk asli desa itu menjadi warga yang berkecukupan karena ladang-ladang yang subur itu adalah milik tuan tanah dan milik negara.  

Meskipun warga Kebon Dalem miskin, tidak ada anak-anak maupun remaja yang tidak sekolah. Mereka menyadari bahwa kemiskinan bukanlah halangan untuk menuntut ilmu. Begitu pula prinsip yang dianut oleh Dahlan dan keluarganya. Setelah lulus dari Sekolah Rakyat (SR), Dahlan, akan melanjutkan ke sekolah lanjutan pertama.

Namun, antara Dahlan dan sang bapak terjadi perbedaan pendapat dimana Dahlan harus melanjutkan sekolah. Keinginan Dahlan adalah ia ingin melanjutkan di SMP Magetan tetapi bapaknya menginginkan ia melanjutkan di Tsanawiyah Takeran. Walaupun tidak sesuai dengan keinginannya, Dahlan melanjutkan sekolahnya di Pondok Takeran karena ia tak kuasa menolak kehendak sang bapak.

Hari pertama ketika Dahlan masuk sekolah di Pesantren Takeran, ada geletar haru membersit tiba-tiba dalam hatinya. Pesantren ini tidak bisa dipisahkan dari keluarganya karena disinilah ibu dan bapaknya berada sejak mereka kecil, dan juga di tempat inilah ibu dan bapak Dahlan bertemu dan diperjodohkan oleh Kyai Mursjid. Itulah mengapa bapak Dahlan sangat ingin Dahlan melanjutkan sekolah disini.

Setelah menjalani masa orientasi pada hari pertama, Dahlan menjadi paham dan perasaan kecewanya karena gagal melanjutkan sekolah di tempat impianpun sirna sudah. Namun, ketika dalam perjalanan pulang, alam menghadirkan kejutan baginya. Rasa panas yang membara seakan matahari berada di ubun-ubun dan kerongkongan yang kering terasa terbakar.  Dahlan harus berjalan sejauh enam kilometer dengan perut keroncongan dan tanpa sepatu. Ya, tanpa sepatu.

Sudut pandang yang digunakan penulis dalam cerita ini adalah sudut pandang orang pertama. Aku, (Dahlan) digambarkan sebagai sosok yang mempunyai semangat yang tinggi. Dalam kesederhanaan hidup, Dahlan tidak mengeluhkan keadaan perekonomian keluarganya. Tidak nampak dalam pribadi Dahlan keputusasaan. Bahkan, dalam keterbatasan yang ia miliki itu menjadikan Dahlan sosok pekerja keras yang rela berkorban membantu meringankan beban keluarga. Sebagai seorang anak yang akan beranjak dewasa, sikap dan perilaku Dahlan pun tidak jauh berbeda dengan kebiasaan remaja pada umumnya. Kecerobohan dan kenakalan khas remaja  serta rasa ingin tahu yang besar, cukup mewarnai kehidupan Dahlan dalam cerita ini.

Bapak, adalah sosok yang sangat dikagumi sekaligus disegani oleh Dahlan. Sebagai seorang kepala keluarga yang bertanggung jawab, ia mempunyai kharisma dan wibawa tersendiri dimata keluarga dan orang-orang sekitarnya. Bapak mendidik anak-anaknya dengan ketegasan dan kedisiplinan. Bapak juga digambarkan sebagai sosok yang tidak banyak tutur kata dan seorang pekerja keras.
......
Untuk beberapa alasan, resensi novel ini belum sempat terselesaikan. Hingga setelah beberapa tahun tulisan ini dibuat, aku menemukannya kembali dan baru menyadari dulu aku pernah menulis resesnsi ini entah untuk tujuan apa. Mau melanjutkan, tapi sudah lupa dengan jalan cerita novelnya J setidaknya, ini menggambarkan bahwa dulu aku punya hobi menulis hehe. Jangan tanya sekarang bagaimana wkwk

Senin, 31 Oktober 2016

Oleh-Oleh IMO (1)

Kebetulan pagi ini karena  jadwal kuliah masuk jam 12 siang (hal langka yang jarang terjadi) akhirnya dari pada gabut, buka laptop sambil browsing-browsing. Eh, tiba-tiba ke inget sama salah satu tokoh yang baru aku kenal dan jumpai pas aku jadi delegasi IMO 2016 di UPH kemarin. Sosok yang dari pertama aku tau, udah membuat penasaran dan kagum yaitu Dekan FK UPH  Prof. Dr. Dr. dr. Eka J Wahjoepramono Sp.BS. Beliau adalah salah satu dokter yang menginspirasi. Seorang dokter bedah saraf dan seorang dekan. Bukan hal yang mudah tentunya, tapi disitulah tantangannya. Beliau ketika memberikan pidato di beberapa kali pertemua selalu memberikan semangat dan juga motivasi bagi kami semua untuk selalu mengusahakan yang terbaik dan jangan mau kalah dengan orang diluar negeri sana. Ya, hal yang cukup membanggakan memang, bahwa beliau seorang WNI  yang sering diminta untuk memberi lecture di beberapa universitas di luar negeri. Beliau juga merupakan ketua tim bedah saraf di RS Siloam. Beliau dan tim bedah saraf Siloam yang terdiri dari 20 dokter ahli memiliki keyakinan bahwa tidak ada kasus yang tidak dapat ditangani di Indonesia sehingga tidak perlu ada pasien yang berobat keluar negeri. Bahkan, beliau ini merupakan dokter pertama di Asia tenggara yang mampu melakukan operasi batang otak dengan berhasil. Luar biasa...

Bagi Prof. Eka, yang terpenting dari menjadi seorang dokter adalah memberikan pelayanan yang terbaik bagi pasiennya. Ketelitian, kecermatan, dan juga attitude yang baik merupakan kunci bagi seorang dokter dan Kekayaan materi bukanlah hal yang menjadi prioritas utama. Peningkatan skill, kapasitas dan pengetahuan harus di upgrade setiap waktunya. Atas semangat, skill, pengetahuan, pengabdian, dan  juga beberapa hal inspiratif lainnya aku acungkan beberapa jempol untuk beliau.

Sosok lain yang juga menganggumkan yang saya temui dalam kesempatan kemarin,  yang terkenal dalam kiprah dan perjuangannya membangun kerajaan bisnis di negara kita tercinta Indonesia yaitu Bapak Mochtar Riady. Pendiri Lippo Group yang memiliki lebih dari 50 anak perusahaan (dan juga pemilik UPH) dan karyawan lebih dari 50 ribu orang. Dari cerita beliau ketika kami para delegasi IMO berkesempatan bertemu dalam acara 3D lecturer di Cinemaxx, beliau bercerita mengenai masa kecilnya, bahwa ketika itu beliau hidup dalam kesederhanaan dan keterbatasan dan yang lebih menyedihkan adalah ibunya meninggal ketika melahirkan adiknya ketika beliau berumur 8 tahun. Salah satu hal yang ia sesalkan dari kematian ibunya adalah karena letak pelayanan kesehatan yang sangat jauh dan sulit dijangkau dari rumahnya ketika itu yang menyebabkan ibunya tidak dapat tertolong dan terselamatkan. Karena hal itulah yang menjadi salah satu motivasi dan cikal-bakal kenapa beliau mendirikan Rumah Sakit Siloam di kemudian hari. 

Rumah sakit Siloam adalah salah satu rumah sakit swasta ternama di negeri ini. Sekarang, sudah terdapat 9 RS Siloam yang tersebar di beberapa kota dan pulau di Indonesia. Membangun rumah sakit tidak hanya di kota besar, namun juga di tersebar di kota-kota kecil merupakan salah satu misi Pak Mochtar Riady. Hal itu ditujukan untuk tercapainya pelayanan kesehatan yang memadai untuk seluruh lapisan masyarakat, karena rumah sakit tidak hanya melayani pasien umum tapi juga melayani pasien dengan sistem pembayaran BPJS. Luar biasa...

Membaca biografi tentang beliau lebih lanjut dari artikel-artikel di internet yang aku dapatkan menambah decak kagum dalam hati. Penulusuran pun aku lanjutkan karena rasa penasaran ini semakin memuncak mengenai siapakah orang-orang terkaya dalam negeri ini dan apakah kerajaan bisnis yang mereka jalankan sekarang sehingga mendapatkan gelar tersebut. Daan akhirnya aku mendapatkan nama-nama tersebut. Traraaa.... Berikut adalah penduduk Indonesia yang namanya masuk dalam daftar 10 orang terkaya di Indonesia versi Forbes 2016. Coba cermati baik-baik yaaa.. adakah nama Bapak kita dalam daftar nama dibawah ini :) 

1. Budi Hartono 
Pria yang memiliki nama asli Oei Hwie Tjhong ini adalah anak kedua dari pendiri perusahaan Djarum, yaitu Oei Wie Gwan. Total kekayaannya pada tahun 2016 ini sebesar US$ 8,1 miliar (sekitar Rp105,3 triliun). Kekayaannya berasal dari bisnis utamanya, yakni rokok. Selain itu, ia juga memiliki sebagian besar saham Bank BCA.

2. Michael Hartono
Ia merupakan salah satu pemilik perusahaan rokok Djarum. Michael merupakan kakak dari Robert Budi Hartono. Keduanya mewarisi Djarum setelah ayah mereka, Oei Gwan, meninggal pada tahun 1963.

3. Chairul Tanjung
Ia terkenal sebagai pengusaha sukses yang memimpin CT Corp. Hingga saat ini, perusahaannya telah membawahi beberapa anak perusahaan seperti Bank Mega, Trans Corp, dan CT Global Resources.

4. Sri Prakash Lohia
Pendiri sekaligus ketua dari Indorama Corporation. Indorama Corporation merupakan perusahaan petrokimia dan tekstil di tanah air. Pria yang lahir dan besar di India ini memiliki kekayaan sebesar USD 4,2 miliar (sekitar 54,6 triliun). Ia telah menetap di Indonesia sejak tahun 1974 untuk menjalankan kehidupan profesionalitasnya dengan berbisnis.

5. Bachtiar Karim
Dikenal sebagai pimpinan dari Musim Mas Group yang bergerak di lini bisnis utama minyak sawit atau CPO. Perusahaan ini mempunyai kapal tanker dan terminals sendiri. Bahkan perusahaan milik Bachtiar ini digadang-gadang sebagai perusahaan pengolahan sawit terbesar di dunia.

6. Mochtar Riady
Ia adalah seorang pendiri sekaligus presiden komisaris dari Lippo Grup. Hingga saat ini, Mochtar Riady banyak dikenal masyarakat sebagai seorang praktisi perbankan yang handal. Namanya melambung menjadi salah satu konglomerat keturunan Tionghoa-Indonesia hingga ke mancanegara.

7. Tahir
Dato’ Sri Tahir, atau yang terlahir dengan nama Ang Tjoen Ming, selain sebagai pengusaha, ia juga seorang investor, filantropis, sekaligus pendiri dari Mayapada Group. Perusahaan ini mempunyai beberapa unit usaha di Indonesia, meliputi perbankan, TV berbayar, media cetak, rumah sakit, properti, hingga rantai toko bebas pajak atau duty free shopping (DFS).

8. Mordaya Poo
Sumber kekayaan Murdaya berasal dari sektor energi, industri, dan lainnya. Keunikannya dibanding dengan pengusaha lain di Indonesia ialah memiliki pasangan yang juga pengusaha sukses, yaitu Sri Hartati Tjakra Murdaya.
9. Petter Sondakh
Peter Sondakh melanjutkan bisnis ayahnya yang fokus memproduksi minyak kelapa dan mengekspor kayu.

10. Eddy Kusnadi Sariaatmadja
Ia merupakan pemilik dari SCTV dan Indosiar, yang termasuk sebagai saluran televisi terbesar di Indonesia.


Yaaa, itulah daftar nama orang-orang yang Allah berikan rejeki lebih dibandingkan yang lain dalam kehidupannya di dunia ini. Dari nama-nama diatas, hanya sebagian kecil yang aku tahu yang memang orang tersebut adalah seorang pribumi asli, dan sebagian besarnya adalah seorang warga keturunan asing. Antara kagum, bahagia, dan sedih itulah yang aku rasakan ketika membaca berbagai kesuksesan orang-orang tersebut. Begitupun yang aku rasakan ketika aku diberi kesempatan untuk mengikuti IMO kemarin. Kagum dan bahagia aku rasakan karena aku diberi kesempatan dipertemukan dengan sosok-sosok hebat dan menginspirasi. Kagum dan bahagia karena Indonesia memiliki orang-orang hebat seperti mereka. Luar biasa.. Hal itu menjadi bahan cerminan bagi diri ini bahwa aku sangat belum ada apa-apanya. Namun juga menjadi pacuan tersendiri, bahwa seharusnya aku mampu melakukan hal seperti apa yang merekan lakukan.

Sedih, atau lebih seperti geregetan, karena apa? Bukan aku bermaksud rasis atau menjunjung SARA, namun hanya sebagai refleksi untuk kaumku, yaitu warga bangsa Indonesia asli pada umumnya dan juga umat muslim pada khususnya. Mengapa banyak dari kita belum mampu mencapai kesuksesan seperti kebanyakan taipan tionghoa itu peroleh? Adakah yang salah dari apa yang nenek moyang kita turunkan? Atau adakah yang salah dari apa yang Allah perintahkan dalam agama sehingga menghalangi kita mencapai kemajuan dan kesuksesan? Aku rasa tidak. Lalu dimanakah letak perbedaan antara kita dan para taipan itu? Jika sebagian kita beralasan bahwa lebih baik mengejar kehidupan akhirat dibandingkan dengan mengejar kehidupan dunia. Yaa, hal ini sangat tidak salah alias benar. Namun, kita juga harus memahami apa yang akan terjadi bagi kita apabila perekonomian dan juga ilmu pengetahuan dikuasai oleh orang-orang asing dan berkeyakinan berbeda. Lambat laun tidak menutup kemungkinan kita akan terpinggirkan di tanah sendiri. Lambat laun tidak menutup kemungkinan kita akan kesusahan melakukan ritual yang seperti sebelumnya kita bebas melakukan. Bukankah itu sebuah ironi?

Akankan kita tetap akan berleha-leha melihat apa yang telah dan sedang terjadi didepan mata kita sekarang? Mereka, mungkin telah lama menyusun berbagai strategi dan kekuatan, belajar dan bekerja dengan keras dan sungguh-sungguh. Sedangkan kita terlalaikan  dan seakan terselipur dengan berbagai macam hal yang melenakan tanpa kita sadari, begitupun dengan aku sendiri selama ini. Maka dari itu, marilah kita bersama berbenah diri dari hal kecil untuk masa depan ISLAM yang lebih baik. Semoga Allah memudahkan segala niat baik dan melindungi kita semua. Aamiin..


 sumber : 
-    https://www.cermati.com/artikel/20-orang-terkaya-di-indonesia-tahun-2016
- https://indonesiacompanynews.wordpress.com/daftar-150-orang-terkaya-di-indonesia-versi-globe-asia/




Minggu, 28 Februari 2016

2015 to Remember part 1

Assalaamualaikum :) Udah setahun lebih ternyata aku ga corat-coret di blog ini. Sepanjang tahun 2015 gaada karyanya yaa hehe maafkeun, semoga blog ini gajadi lumutan juga gara-gara ga kerawat. Padahal tahun 2015 itu termasuk tahun istimewa karena banyak sesuatunya. Harusnya aku udah tulis ceritanya disini ya, tapi karena mungkin aku terlalu sibuk (ngakunya, padahal bilang aja males) jadi belum sempet deh mengikat momentnya menjadi sebuah tulisan untuk dikenang. Dan sekarang, here I go try to summarise it into words.

Jadi, dimulai dari awal tahun 2015 itu  TBM Gyrus ada project wilayah dari PTBMMKI yaitu Baksoswil. Kenapa Gyrus bisa dapet tander ini? jadi ceritanya, sekitar bulan November itu PTBMMKI wilayah 3 ngadain Musyawarah Kerja di UMY, nah delegasi dr kita itu ada mas Reza, mba Vella, sama aku. Waktu pembagian tander pas malam rapat itu ternyata acara-acara lain udah pada dapet tuan rumahnya, dan tinggalah Baksoswil sebatang kara. Dilempar sana-sini tetep belum ada yang mau ambil (duh kasian) dan Gyrus dibujuk-bujuk buat ambil tander ini masih belum yakin juga. Akhirnya, diberi waktu sampai besok paginya buat berunding siapa yang mau ambil tander ini. Malam itu, kami bertiga berunding, walopun akhirnya belum mengambil keputusan, sepertinya mas Reza udah mulai terpengaruh hasutan-hasutan untuk ambil tander itu tapi dia bilang, "Can, aku ambil tander Baksoswil asal kamu mau jadi ketuanya ya." jreeeng jreeeng....


Kenapa akhirnya aku mau nerima tawaran ini? Hmm, sebenernya it's a big challenge. Mengingat gimana keadaan Gyrus waktu itu yang bener-bener baru bangkit dari kevacuman organisasi, gimana kapasitas dan kapabilitas anggota kita, tapi setelah dipikir-pikir kita belum tau kita bisa atau tidak selama kita belum mencoba. Mungkin emang ini kesempatan yang diberikan buat Gyrus untuk mencoba hal baru yang lebih menantang dan mengasah kemampuan dan keterampilan daripada sekedar mengirimkan delegasi, tapi menjadi tuan rumah bagi delegasi 10 TBM unit se Jateng dan DIY di PTBMMKI wilayah 3. Bismillah... 



Perjuangan dimulai di awal tahun 2015, kita mulai melakukan pembentukan panitia dan pencarian tempat dan konsep acara. Dan ternyata itu semua tidak semudah yang kita bayangkan sebelumnya. Pertama, pencarian tempat. Buat nyari tempat yang tepat dan sesuai kita butuh melakukan survey dan muter-muter ke beberapa desa di Boyolali selama beberapa kali dan beberapa hari yang lumayan menguras tenaga. Sebelum akhirnya ketemulah desa yang sesuai dengan pak Bayan yang baik hati :)

Yang kedua tentang konsep acara, awalnya, kita pengen bikin sesuatu yang beda dari acara Baksos di kampus, salah satunya pengen adain khitanan massal. Mungkin bagi ormawa di FK lain hal ini udah biasa dilakuin ya, tapi kami disini hmmm tau sendirilah gimana hehe... Berharap gagasan ini bakal dapat dukungan dari para dosen di kampus untuk mau menjadi dokter pengkhitannya, tapi ternyata justru sebaliknya. Mereka belum berani mengambil resikonnya. Dan, kendala besar lainnya selain ketersediaan dokter adalah masalah dana. Khitan massal butuh dana yang lumayan gede untuk alat dan obat-obatanya.  Sedangkan dana yang kita punya sangat terbatas. Selain itu juga, pak Bayan di desa itu cerita tentang minat masyarakatnya yang minim akan khitan massal. Jika ada 5 orang saja itu sudah bagus kata beliau. Lengkap sudah rasanya alasan buat meniadakan ide kita ini. Disamping itu juga temen-temen Gyrus lain dan komandan Tangguh  merasa memang kita belum mampu melakukan itu. Tapi, aku masih berpikir bagaimana caranya menjadikan itu terwujud. Sempat mungkin kita debat beberapakali ngomongin masalah ini. Haha aku mungkin jadi agak ngeyel sih, karena yang aku pikirin waktu itu, kenapa orang lain bisa dan kita engga? Bahkan menyerah aja sebelum mencoba. Harus diusahain dulu. Dan, Alhamdulillahnyaa Allah membukakan pintuNya untuk kami waktu itu, jadi ceritanya tentang hal ini aku minta saran sama salah satu demisioner Gyrus bagaimana bagusnya, dan ternyata beliau sangat berminat untuk membantu kami, dan mau ngajakin temen-temennya yang lain buat ikut membantu. Beliau juga mau membantu mendonasikan peralatan sunat dan juga obat-obatan untuk Gyrus, jadi kami hanya perlu menambah sedikit bahan-bahan lain yang belum ada. Akhirnya kita memutuskan untuk tetap mengadakan poin kegiatan ini. Dan ternyata pasrtisipasi warga juga cukup bagus, dengan jumlah pasien khitan ada 17 orang. Alhamdulillah ya Allah..... :) 

Yang ketiga, masalah klasik kalo adain acara di kampus itu tentang masalah dana . Diawal pembentukan konsep acara, kita udah sekalian kalkulasi anggaran yang dibutuhkan dan ketemulah sebuah angka. Nah ternyata, antara pemasukan dan pengeluaran yang diinginkan masih jauh dari seimbang. Waktu itu juga ada kebijakan baru dari wilayah untuk menarik dana delegasi seminimal mungkin, tidak seperti Baksoswil tahun sebelumnya. Dan kalau dana dari kampus sendiri kita sama-sama taulah gimana keadaannya. Salah satu harapan yang masih ada adalah sponsorship. Yap, Target 4 jutaan untuk sponsorship harus bisa terpenuhi buat nutup semua kekurangan. Tapi ternyataaa, usaha dari divisi Humas yang sudah sangat luar biasa muter sana-sini dan seluruh panitia yang akhirnya juga dikerahkan untuk mencari sponsor belum sebanding. Hasil yang tercapai  sampai dengan H-5 baru sekitar satu perdelapan dari target. Waktu itu jangan ditanya pusing engga mikirinnya. Okelah, sebagai ketua panitia aku harus siap bertanggung jawab. Aku udah nyiapin sebagian tabunganku sama udah bilang ke ibu juga buat nanggung sebagian kekurangannya. Tapi entah kenapa ada keyakinan bahwa segala sesuatu dengan niat yang baik akan dimudahkan jalannya sama Allah. yang sering aku bilang ke diri sendiri buat menenangkan hati adalah, Allah Maha Kaya, Allah tidak tidur, Allah pasti membantu. Dan Alhamdulillah wa Syukurillah, waktu itu di rapat terakhir panitia, sore hari di ruang kelas lantai 5 pas aku ada didepan, tiba-tiba ada seseorang nyamperin, buat ngasihin amplop. Aku diminta keluar dari kelas biar orang lain ga pada tahu, pas aku buka amplopnya aku kaget, campur haru, campur senang, campur aduk deh akhirnya. coba tebak berapa nominal yang ada di amplop? Sesuai dengan kekurangan yang dari sponsorship. Allahu Akbar. Terima kasih buat Hamba Allah tersebut dan keluarga besarnya. Semoga seluruh kebaikannya di balas oleh Allah dan selalu diberikan keberkahan dalam hidup Aamiin :)

Aahh, Baksoswil, Baksoswil... banyak cerita dan lika-likunya yang ga bisa dicritain satu-satu. Kegiatan yang cukup berkesan yang mengajarkanku sisi lain dari nilai-nilai kehidupan, yang semakin membuatku menyadari akan pertolongan dan kebesaran Allah yang ada dimana-mana selama kita bergantung padaNya. 

Oiyaa, terima kasih juga atas semua pihak yang telah membantu dalam Baksoswil ini baik secara langsung ataupun tidak langsung yang ngga bisa disebutin satu persatu :)

Dan untuk panitia dari Gyrus III dan para demisioner, kalian luar biasa! Selamat buat penghargaannya akan Baksoswil sebagai acara Terbaik di tahun 2015 oleh PTBMMKI Wilayah 3.



Sabtu, 08 November 2014

Ketika "Hujan" Kembali Menyapa

Suara itu kembali terdengar, aroma itu kembali tercium. Hujan, seakan perjumpaan ini menggambarkan perpisahan yang begitu lama. Namun tidak, hujan datang memenuhi kunjungannya diwaktu yang tepat. Disaat bumi ini mulai kekeringan dan kehilangan daya dari sumber kehidupannya, hujan kembali datang. 

Hujan, bagaimana kabarmu? apakah kamu masih sama seperti yang dulu? Hal yang pertama kali aku tanyakan ketika bertemu denganmu. Hujan, dari balik jendela kamar aku amati kedatanganmu kali ini. Rindu itu kembali menyeruak, akan kenangan-kenangan masa kecilku.Masih ingatkah kau hujan dengan pertemanan kita di masa kecilku? Ya, aku harap kau masih ingat, kamu adalah salah satu sahabat masa kecilku. Tanpa kehadiranmu, permainanku dengan teman yang lain tidaklah begitu mengasyikkan. Kehadiranmu di kelompok permainanku selalu kusambut dengan senyum lebar, bahkan hingga berlarian aku menyambutmu. Bahagia. Tak terlukiskan oleh kata bagaimana perasaanku , ketika alampun turut serta bermain bersamaku. Dan aku yakin kaupun merasakan hal yang sama, menyukai permainan bersama kami, anak-anak penghuni bumi. Betulkan hujan?

Namun, seiring dengan bertambahnya usiaku, akupun mulai jarang bermain denganmu. Maafkan aku hujan. Kedatanganmu bukan berarti aku abaikan. Suara kedatanganmu masih aku sambut dengan senyuman. Aku bersyukur akan setiap kunjunganmu ke tanah tempat tinggalku. Bagaimana tidak hujan, disadari atau tidak, kau adalah sumber kehidupan kami. Lihatlah senyuman pak tani itu setiap kau datang. Harapan itu ada padamu. Sawah-sawah yang beberapa waktu lalu mulai mengering, kini menjadi hijau, benih padi itu mulai tumbuh kembali. Dan lihatlah pula kerbau-kerbau itu, dengan lahapnya mereka makan rumput liar yang tumbuh subur karena siraman air darimu. Hujan, terima kasih :)

Tapi hujan, aku ingin bertanya sekali lagi padamu, bagaimanakah keadaanmu sekarang? apakah kamu masih baik-baik saja? Akhir-akhir ini, aku sering mendengar banyak orang takut akan kehadiranmu. Mereka mengatakan bahwa hujan adalah sumber bencana. Tidak, aku tidak mempercayai mereka, karena kamu adalah sahabatku. Aku yakin akan ketulusan dari setiap kunjunganmu adalah untuk membantu kehidupan manusia. Betulkan hujan? Buktinya, kamu rela jatuh berulang kali dari langit ke bumi demi tetesan-tetesan air yang kamu bawa bagi kami :). Bencana yang terjadi, bukan karena kesalahanmu hujan, tapi manusia yang secara sadar maupun tidak telah berbuat kerusakan di bumi. Biarlah manusia tanggung sendiri resiko dari perbuatannya, sehingga sadar dan mau memperbaiki diri. 

Hujan, kembali kuucapkan terima kasih padamu atas segalanya. Musim hujan kali ini, aku berharap ada kenangan indah dan istimewa yang aku bawa bersamamu seperti musim hujan di masa kecilku :)

-love rain-

Minggu, 12 Oktober 2014

Change Ahead

Perubahan itu pasti terjadi dan yang pasti tidak berubah adalah perubahan itu sendiri. Sering dengar kalimat ini? Yap, pastinya kita tahu apa arti dari perubahan itu, yaitu beralihnya sesuatu ke sesuatu yang lain. Yang dimaksud "sesuatu" disini adalah luas makna dan cakupannya. Nah, arah dari perubahan itu bisa kearah yang positif dan negatif, ada yang bisa bawa kita ke kemajuan atau ke dalam kemunduran.

Kenapa tetiba aku pengen ngomongin masalah perubahan? Entah kenapa, aku merasa, jika dipikir-pikir hidup di jaman sekarang itu harus selalu siap dengan banyak perubahan yang terjadi, jika tidak pastinya kita bakal jadi orang yang ketinggalan jaman atau istilah lainnya 'kuper'. Iyalah, jaman globalisasi kaya gini, apa aja bisa terjadi dengan begitu cepat dan mudahnya bahkan pada hal yang dulunya kita anggap itu mustahil.

Pada dasarnya, Islam telah mengajarkan untuk kita menjadi lebih baik dari kemarin agar kita beruntung, jika kita sama dengan yang kemarin berarti kita rugi. Artinya, kita dituntut untuk selalu berubah kearah yang lebih baik dari sebelumnya. Ya, ini memang bukan hal yang mudah memang, butuh konsistensi dan komitmen yang kuat. Apalagi hati manusia itu sering terbolak-balik ya. Sometimes I fell it's more dificult to deal with myself. Tapi, yang jelas adalah ada keinginan, setidaknya niat baik untuk berubah ke kebaikan itu sudah ada. 

Ehmm, sebenernya masih banyak yang pengen aku tulis tetang tema ini, tapi sambungan ideku sedang tertuju ke hal lain, jadi lanjut next time ya.. :)







Kamis, 15 Mei 2014

Prof. Dr. Teuku Jacob, siapakah beliau?


Sering mendengar nama Prof. Dr. Teuku Jacob disebut-sebut dalam kuliah oleh beberapa dosen sebagai  Dekan pertama Fakultas Kedokteran UMS yang sebelumnya pernah menjabat sebgai salah seorang Rektor UGM dan juga seorang dokter ahli antropologi yang hebat membuat saya penasaran mengenai beliau. Kali ini saya aka me-repost dari beberapa sumber mengenai sepak terjang beliau dalam dunia ilmu pengetahuan yang semoga bisa menginspirasi kita semua untuk menjadi seseorang  yang mampu memberikan kontribusi besar bagi dunia ilmu pengetahuan dalam bidang yang kita geluti masing-masing :)
        

Mengenang sosok yang satu ini kita akan mendapat banyak inspirasi dengan apa yang telah beliau capai sepanjang hidupnya. Karena banyak hal yang telah beliau sumbangsihkan kepada ilmu pengetahuan terutama ilmu antropologi. Apalagi pada masa akhir hidupnya beliau pernah menolak pendapat kalau manusia di Sangiran itu adalah manusia pemakan sesama yang menjadi pendapat para ilmuwan barat. Hal ini, dibantah oleh Prof. Dr. Teuku Jacob yang menyatakan bahwa temuan-temuan tengkorak Sangiran umumnya sudah tidak bertulang dasar, rusak karena lemah. Lagi pula, manusia purba cukup bekerja dua jam untuk makan sepanjang hari, sehingga rangsangan untuk membunuh menjadi berkuran

Sebenarnya Teuku Jacob. Beliau dilahirkan di Peureculak, Aceh Timur, 6 Desember 1929.  Prof. Dr. Teuku Jacob adalah putra bungsu dari tiga bersaudara, anak dari Teuku Sulaiman, Jacob tamat SMA di Banda Aceh, 1949 dan Lulus FK UGM, 1956, kemudian beliau belajar di Universitas Amerika, Washington DC, tetapi mengambil gelar doktor di Rijksuniversiteit, Utrecht, Negeri Belanda, 1970. Di dua perguruan tinggi ini, Jacob dibimbing dua arkeolog ternama yakni Prof. Dr. W. Montague Cobb, dan Prof. Dr. G.H.R. Koenigswald. 

Di beberapa negara dunia nama Jacob sangat cukup dikenal sebagai seorang ahli antropologi dari Indonesia. Karena banyak temuan yang telah beliau peroleh untuk memperkaya ilmu pengetahuan. Sikap ini beliau tunjukan dengan membawa banyak koper besar ketika bepergian kemana-kemana yan isianya bukan penuh baju, melainkan tulang belulang. sikap ini menunjukan bawha Prof Jacob adalah salah satu ilmuwan yang masa hidupnya untuk ilmu pengetahuan. 

Selain mengajar di Fakultas Kedokteran dan antropologi beliau juga menjadi guru besar tamu Paleontologi, manusia di Universitas San Diego pada tahun 1968. Menjadi dosen tamu di universitas luar negeri sebagai garansi akan keilmuwan yang dipunyai oleh Prof Jacob. Salah satu penghargaan yang beliau peroleh dari pemerintah adalah Bintang Maha Putra Naraya pada tahun 2002 oleh presiden Megawati Soekarnoputri. 

Selain dikenal sebagai seorang akademis beliau juga tercatat sebagai salah seorang rektor UGM yang memimpin pada periode 1981-1986.  Karena pada kepimpinan beliau banyak dosen yang mampu mendapat gelar doktor kalau dalam prosentase sekitar 50% lebih. Keilmuwan beliau dan kepemimpiannnya tidak perlu diragukan lagi karena banyak bersumbangsih terhadap bangsa dan negara Indonesia.

PEKERJAAN :
- Asisten Ahli Antropologi UGM (1954-1963);
 -Lektor Muda, kemudian Lektor Kepala Antropologi UGM (1963-1971);
 -Asisten Anatomi Universitas Amerika,Washington DC (1959- 1960);
 -Guru Besar Tamu Paleontologi, Manusia, SanDiego (1968); 
-Guru Besar Antropologi UGM hingga Emeritus (1971-2007);
-Sekretaris Fakultas Kedokteran UGM (1973-1975); 
-Ketua Bidang Ilmu Kedokteran Lembaga Pendidikan Doktor UGM; Anggota Komisi Kerja Senat UGM;
-Rektor UGM (1982-1986). 

KARYA: 
·        The Sixth Skull Cap of Pithecanthropus Erectus, American Journal of Physical Anthropology (1966)
·        Some Problems Pertaining to the Racial History of the Indonesia Region, Neerlandia, Utrecht (1967)
·        The Phitecanthropus of of Indonesia, Bulletins et Memoires de Societe d’Anthropologie de Paris (1975)
·        Menuju Teknologi Berperikemanusiaan (1996)
·        Tahun-Tahun Yang Sulit (2001)
·        Tragedi Negara Kesatuan Kleptokratis (2004)
·        Pygmoid Australomelanesian Homo sapiens skeletal remains from Liang Bua, Flores: Population affinities and pathological abnormalities (2005)


SUMBER  :
-http://beritabaik.web.id/2014/03/19/prof-dr-teuku-jacob-dokter-yang-ahli-antropologi/
-http://www.antaranews.com/berita/80766/prof-dr-teuku-jacob-meninggal-dunia
-http://id.wikipedia.org/wiki/Teuku_Jacob


Sabtu, 29 Maret 2014

Ibu dan Es Buah

Kemarin hari sabtu setelah selesai ujian blok 5 rasanya plong, walaupun  ngerjain soalnya ada yang blong. Haduh. Yah, niatannya habis ujian kemaren itu mau balas dendam tidur atau gak, mau jalan-jalan  keluar buat menyegarkan pikiran. Sampai rumah habis dari kampus sekitar jam setengah empat sore, aku sholat terus istirahat bentar, tiduran sambil baca-baca buku yang bapak beli dari pameran beberapa hari lalu. Habis itu dah mulai ngantuk, aku mau tidur aja ah, niatku. tapi pas udah merem gak bisa tidur-tidur, sampai ibukku dateng dari belanja.

Oiya, aku jadi inget, tadi pagi ibu bilang hari ini katanya  mau bikin es buah 30 bungkus buat murid kelasnya yang mau makan-makan dan aku disuruh bantuin. Oke, daripada ngelalung ga jelas aku bantuin ibu bikin es buah. Aku mulai ngupas pepaya, motong janggelan dll. Dan ibu lagi masak mie goreng. Selesai motong-motong, habis magrib, baru aku sama ibu bungkusin es buah bareng. Ternyata ribet dan gak semudah yang dibayangkan. Bikin es buah aja dari sore sampai isya baru selesai. 

Terus, habis selesai bungkusin itu aku beres-beres, sambil nyuci piring aku bilang ke ibu
" Buk, lain kali kalau pada mau makan-makan mending beli aja, kan capek kita bikinnya, ribet, mana cuma dapet 30rb lagi."
Terus sambil senyum dan tetep mengepel lantai (soalnya tadi ada yang tumpah es buahnya, hehe) ibu bilang gini, 
" Nah, justru itu Can, ibu tuh sebenernya pengen ngajarin kamu, kalo cari uang itu ga gampang. Kita masih mending ini, cuma beberapa jam udah dapet 30rb, coba kamu bayangin mbak Suti sama mbak Yuni (penjahit di rumah) mereka kerja seharian, jahit baju dapetnya 40rb."

Mendengar jawaban ibu tadi, pikiranku langsung melayang ke penjual es buah di pinggir jalan, bagaimana mereka seharian berjualan, sambil berharap-harap ada pembeli yang datang. Mungkin ketika musim panas masih lumayan yang beli, lah kalo pas musim hujan? Terus juga para penarik becak, mereka seharian menanti para penumpang, alhamdulillah jika ada yang membeli jasanya pada hari itu, jika tidak, pastilah berat bagi mereka mengingat anak-istri mereka yang menanti di rumah.

Astagfirullahal'adzim... Aku tersadar, cari uang memang tidak mudah. Bagaimana usaha para orang tua dalam mencukupi kebutuhan anak-anaknya dengan memeras keringat siang malam mengorbankan jiwa dan raga. Namun terkadang, kita sebagai anak kurang memahami dan menyadari akan itu semua. Kita lebih sering menghambur-hamburkannya untuk hal yang kurang bermanfaat. Terkadang, ada beberapa orang yang demi mencukupi kebutuhan serta keinginan keluarganya, menggunakan cara yang tidak halal dalam mendapatkan uang. Na'udzubillahi min dzalik...


*Ibuku sayang, terima kasih telah mengingatkanku, mengajariku dengan berbagai caramu yang membuatku akan terus mengingatnya, bukan hanya dengan nasihat-nasihat yang terucap dari lisanmu yang terkadang sering aku lupakan... Ukhibbuki ya Ummi :*