Senin, 20 Januari 2020

Dahlan dan Sepatu


Judul                     : Sepatu Dahlan
Penulis                  : Khrisna Pabichara
Penerbit                 : Noura Books (P.T Mizan Publika)
Tebal                     : 369 halaman
Terbit                    : Cetakan 1, Mei 2012
ISBN                     : 978-602-9498-24-0
Peresensi               : Canny Nur Chastity

Dahlan dan Sepatu
Sepatu Dahlan adalah sebuah novel hasil karya seorang penulis yang juga sebagai sastrawan, Khrisna Pabicara. Novel yang terinspirasi dari kisah nyata Dahlan Iskan ini bukanlah buku pertama yang ditulisnya, melainkan merupakan buku yang ke-14.  Setelah sebelumnya ia menghasilkan karya-karya yang tidak kalah bermutu. Terlepas dari sumber inspirasi yang digunakan oleh penulis, penyajian cerita dalam tiap bab buku ini mempunyai daya tarik tersendiri bagi pembaca.

Kisah dalam novel ini meceritakan tentang kehidupan seorang anak bernama Dahlan. Dahlan tinggal disebuah desa kecil bernama Kebon Dalem yang memiliki tanah yang gembur dan subur. Namun, kekayaan alam yang dimiliki desa itu tidak menjadikan penduduk asli desa itu menjadi warga yang berkecukupan karena ladang-ladang yang subur itu adalah milik tuan tanah dan milik negara.  

Meskipun warga Kebon Dalem miskin, tidak ada anak-anak maupun remaja yang tidak sekolah. Mereka menyadari bahwa kemiskinan bukanlah halangan untuk menuntut ilmu. Begitu pula prinsip yang dianut oleh Dahlan dan keluarganya. Setelah lulus dari Sekolah Rakyat (SR), Dahlan, akan melanjutkan ke sekolah lanjutan pertama.

Namun, antara Dahlan dan sang bapak terjadi perbedaan pendapat dimana Dahlan harus melanjutkan sekolah. Keinginan Dahlan adalah ia ingin melanjutkan di SMP Magetan tetapi bapaknya menginginkan ia melanjutkan di Tsanawiyah Takeran. Walaupun tidak sesuai dengan keinginannya, Dahlan melanjutkan sekolahnya di Pondok Takeran karena ia tak kuasa menolak kehendak sang bapak.

Hari pertama ketika Dahlan masuk sekolah di Pesantren Takeran, ada geletar haru membersit tiba-tiba dalam hatinya. Pesantren ini tidak bisa dipisahkan dari keluarganya karena disinilah ibu dan bapaknya berada sejak mereka kecil, dan juga di tempat inilah ibu dan bapak Dahlan bertemu dan diperjodohkan oleh Kyai Mursjid. Itulah mengapa bapak Dahlan sangat ingin Dahlan melanjutkan sekolah disini.

Setelah menjalani masa orientasi pada hari pertama, Dahlan menjadi paham dan perasaan kecewanya karena gagal melanjutkan sekolah di tempat impianpun sirna sudah. Namun, ketika dalam perjalanan pulang, alam menghadirkan kejutan baginya. Rasa panas yang membara seakan matahari berada di ubun-ubun dan kerongkongan yang kering terasa terbakar.  Dahlan harus berjalan sejauh enam kilometer dengan perut keroncongan dan tanpa sepatu. Ya, tanpa sepatu.

Sudut pandang yang digunakan penulis dalam cerita ini adalah sudut pandang orang pertama. Aku, (Dahlan) digambarkan sebagai sosok yang mempunyai semangat yang tinggi. Dalam kesederhanaan hidup, Dahlan tidak mengeluhkan keadaan perekonomian keluarganya. Tidak nampak dalam pribadi Dahlan keputusasaan. Bahkan, dalam keterbatasan yang ia miliki itu menjadikan Dahlan sosok pekerja keras yang rela berkorban membantu meringankan beban keluarga. Sebagai seorang anak yang akan beranjak dewasa, sikap dan perilaku Dahlan pun tidak jauh berbeda dengan kebiasaan remaja pada umumnya. Kecerobohan dan kenakalan khas remaja  serta rasa ingin tahu yang besar, cukup mewarnai kehidupan Dahlan dalam cerita ini.

Bapak, adalah sosok yang sangat dikagumi sekaligus disegani oleh Dahlan. Sebagai seorang kepala keluarga yang bertanggung jawab, ia mempunyai kharisma dan wibawa tersendiri dimata keluarga dan orang-orang sekitarnya. Bapak mendidik anak-anaknya dengan ketegasan dan kedisiplinan. Bapak juga digambarkan sebagai sosok yang tidak banyak tutur kata dan seorang pekerja keras.
......
Untuk beberapa alasan, resensi novel ini belum sempat terselesaikan. Hingga setelah beberapa tahun tulisan ini dibuat, aku menemukannya kembali dan baru menyadari dulu aku pernah menulis resesnsi ini entah untuk tujuan apa. Mau melanjutkan, tapi sudah lupa dengan jalan cerita novelnya J setidaknya, ini menggambarkan bahwa dulu aku punya hobi menulis hehe. Jangan tanya sekarang bagaimana wkwk

Tidak ada komentar:

Posting Komentar