Sabtu, 08 November 2014

Ketika "Hujan" Kembali Menyapa

Suara itu kembali terdengar, aroma itu kembali tercium. Hujan, seakan perjumpaan ini menggambarkan perpisahan yang begitu lama. Namun tidak, hujan datang memenuhi kunjungannya diwaktu yang tepat. Disaat bumi ini mulai kekeringan dan kehilangan daya dari sumber kehidupannya, hujan kembali datang. 

Hujan, bagaimana kabarmu? apakah kamu masih sama seperti yang dulu? Hal yang pertama kali aku tanyakan ketika bertemu denganmu. Hujan, dari balik jendela kamar aku amati kedatanganmu kali ini. Rindu itu kembali menyeruak, akan kenangan-kenangan masa kecilku.Masih ingatkah kau hujan dengan pertemanan kita di masa kecilku? Ya, aku harap kau masih ingat, kamu adalah salah satu sahabat masa kecilku. Tanpa kehadiranmu, permainanku dengan teman yang lain tidaklah begitu mengasyikkan. Kehadiranmu di kelompok permainanku selalu kusambut dengan senyum lebar, bahkan hingga berlarian aku menyambutmu. Bahagia. Tak terlukiskan oleh kata bagaimana perasaanku , ketika alampun turut serta bermain bersamaku. Dan aku yakin kaupun merasakan hal yang sama, menyukai permainan bersama kami, anak-anak penghuni bumi. Betulkan hujan?

Namun, seiring dengan bertambahnya usiaku, akupun mulai jarang bermain denganmu. Maafkan aku hujan. Kedatanganmu bukan berarti aku abaikan. Suara kedatanganmu masih aku sambut dengan senyuman. Aku bersyukur akan setiap kunjunganmu ke tanah tempat tinggalku. Bagaimana tidak hujan, disadari atau tidak, kau adalah sumber kehidupan kami. Lihatlah senyuman pak tani itu setiap kau datang. Harapan itu ada padamu. Sawah-sawah yang beberapa waktu lalu mulai mengering, kini menjadi hijau, benih padi itu mulai tumbuh kembali. Dan lihatlah pula kerbau-kerbau itu, dengan lahapnya mereka makan rumput liar yang tumbuh subur karena siraman air darimu. Hujan, terima kasih :)

Tapi hujan, aku ingin bertanya sekali lagi padamu, bagaimanakah keadaanmu sekarang? apakah kamu masih baik-baik saja? Akhir-akhir ini, aku sering mendengar banyak orang takut akan kehadiranmu. Mereka mengatakan bahwa hujan adalah sumber bencana. Tidak, aku tidak mempercayai mereka, karena kamu adalah sahabatku. Aku yakin akan ketulusan dari setiap kunjunganmu adalah untuk membantu kehidupan manusia. Betulkan hujan? Buktinya, kamu rela jatuh berulang kali dari langit ke bumi demi tetesan-tetesan air yang kamu bawa bagi kami :). Bencana yang terjadi, bukan karena kesalahanmu hujan, tapi manusia yang secara sadar maupun tidak telah berbuat kerusakan di bumi. Biarlah manusia tanggung sendiri resiko dari perbuatannya, sehingga sadar dan mau memperbaiki diri. 

Hujan, kembali kuucapkan terima kasih padamu atas segalanya. Musim hujan kali ini, aku berharap ada kenangan indah dan istimewa yang aku bawa bersamamu seperti musim hujan di masa kecilku :)

-love rain-

Tidak ada komentar:

Posting Komentar