Suara itu kembali
terdengar, aroma itu kembali tercium. Hujan, seakan perjumpaan ini
menggambarkan perpisahan yang begitu lama. Namun tidak, hujan datang memenuhi
kunjungannya diwaktu yang tepat. Disaat bumi ini mulai kekeringan dan
kehilangan daya dari sumber kehidupannya, hujan kembali datang.
Hujan, bagaimana kabarmu?
apakah kamu masih sama seperti yang dulu? Hal yang pertama kali aku tanyakan
ketika bertemu denganmu. Hujan, dari balik jendela kamar aku amati kedatanganmu
kali ini. Rindu itu kembali menyeruak, akan kenangan-kenangan masa kecilku.Masih
ingatkah kau hujan dengan pertemanan kita di masa kecilku? Ya, aku harap kau
masih ingat, kamu adalah salah satu sahabat masa kecilku. Tanpa kehadiranmu,
permainanku dengan teman yang lain tidaklah begitu mengasyikkan. Kehadiranmu di
kelompok permainanku selalu kusambut dengan senyum lebar, bahkan hingga
berlarian aku menyambutmu. Bahagia. Tak terlukiskan oleh kata bagaimana
perasaanku , ketika alampun turut serta bermain bersamaku. Dan aku yakin kaupun
merasakan hal yang sama, menyukai permainan bersama kami, anak-anak penghuni
bumi. Betulkan hujan?
Namun, seiring dengan
bertambahnya usiaku, akupun mulai jarang bermain denganmu. Maafkan aku hujan.
Kedatanganmu bukan berarti aku abaikan. Suara kedatanganmu masih aku sambut
dengan senyuman. Aku bersyukur akan setiap kunjunganmu ke tanah tempat
tinggalku. Bagaimana tidak hujan, disadari atau tidak, kau adalah sumber
kehidupan kami. Lihatlah senyuman pak tani itu setiap kau datang. Harapan itu
ada padamu. Sawah-sawah yang beberapa waktu lalu mulai mengering, kini menjadi
hijau, benih padi itu mulai tumbuh kembali. Dan lihatlah pula kerbau-kerbau
itu, dengan lahapnya mereka makan rumput liar yang tumbuh subur karena siraman
air darimu. Hujan, terima kasih :)
Tapi hujan, aku ingin
bertanya sekali lagi padamu, bagaimanakah keadaanmu sekarang? apakah kamu masih
baik-baik saja? Akhir-akhir ini, aku sering mendengar banyak orang takut akan
kehadiranmu. Mereka mengatakan bahwa hujan adalah sumber bencana. Tidak, aku
tidak mempercayai mereka, karena kamu adalah sahabatku. Aku yakin akan
ketulusan dari setiap kunjunganmu adalah untuk membantu kehidupan manusia.
Betulkan hujan? Buktinya, kamu rela jatuh berulang kali dari langit ke bumi
demi tetesan-tetesan air yang kamu bawa bagi kami :). Bencana yang terjadi, bukan
karena kesalahanmu hujan, tapi manusia yang secara sadar maupun tidak telah
berbuat kerusakan di bumi. Biarlah manusia tanggung sendiri resiko dari
perbuatannya, sehingga sadar dan mau memperbaiki diri.
Hujan, kembali kuucapkan
terima kasih padamu atas segalanya. Musim hujan kali ini, aku berharap ada
kenangan indah dan istimewa yang aku bawa bersamamu seperti musim hujan di masa
kecilku :)
-love rain-
Tidak ada komentar:
Posting Komentar